Situ Cangkuang

Desa Cangkuang berasal dari nama sebuah pohon yang bernama pohon cangkuang (Pandanus Furcatus) yang banyak terdapat disekitar makam Embah Dalem Arif Muhammad. Konon menurut cerita masyarakat setempat, Embah Dalem Arif Muhammad dan teman-temannyalah yang membendung daerah ini sehingga terbentuklah sebuah danau yang dinamakan Situ Cangkuang. Embah Dalem Arif Muhammad berasal dari kerajaan Mataram dari Jawa Timur dia datang bersama rombongannya untuk menyerang VOC di Batavia dan menyebarkan agama islam, salah satunya adalah desa Cangkuang yang saat itu penduduknya telah menganut agama Hindu. Didesa tersebut terdapat sebuah candi Hindu yang telah dipugar yang dinamakan candi Cangkuang,. Meskipun penduduk didesa tersebut telah memeluk agama islam namun mereka masih menjalankan sebagian ajaran agama Hindu.

Cagar Budaya Candi Cangkuang yang dikelola oleh Pemda Kabupaten garut, khususnya Dinas Pariwisata Dan kebudayaan, sedangkan khusus untuk pemeliharaan Candi cangkuang itu sendiri dikelola oleh dinas kepurbakalaan yang berpusat di Serang, Banten memiliki luas kawasan keseluruhan 340,755 Ha. Situ dan candi Cangkuang terletak didesa Cangkuang,kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat yang memiliki batas Administrasi sebagai berikut :
Utara : desa Neglasari kecamatan Kadungora
Selatan : desa Margaluyu dan desa Sukarame kecamatan Leles
Timur : desa Karang Anyar dan desa Tambak Sari kecamatan Leuwigoong
Barat : desa Talagasari kecamatan Kadungora dan desa Leles Kecamatan Leles

Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut yang berjarak ?2 km dari kecamatan Leles dan 17 km dari Garut atau 46 km dari Bandung. Kondisi lingkungan di Kawasan ini memiliki kualitas lingkungan yang baik, kebersihan yang cukup terjaga dan juga bentang alam yang baik. Tingkat Visabilitas di kawasan ini digolongkan cukup bebas dengan tingkat kebisingan yang rendah.

Sumber daya listrik untuk keperluan penerangan dikawasan ini berasal dari PLN yang alirannya diambil secara tidak langsung melalui salah satu rumah penduduk di kampong Cangkuang. Sumber air bersih dikawasan ini beraal dari sumur dan air danau dengan kualitas air yang jernih, rasa yang tawar dan bau air yang normal. Tidak terdapat sarana akomodasi di kawaan tersebut.dikawasan tersebut terdapat ?15 buah kios makanan dan cinderamata yang kondisinya cukup.untuk tempat parker di kawasan tersebut tersedia diseberang situ Cangkuang didekat pintu masuk dengan daya tampung ?25 kendaraan pribadi dengan kondisi yang baik dengan lapisan permukaan aspal.terdapat pula pos tiket dan pintu masuk didepan kawasan dengan kondisi yang cukup baik. Untuk memasuki kawasan ini pengunjung dikenai biaya masuk khusus untuk dewasa Rp.1.000 dan anak-anak Rp.500.

Fasilitas berupa toilet umum terdapat didalam kawasan dalam jumlah 6 buah dengan kondisi yang cukup. Terdapat pula 3 buah Shelter dengan kondisi yang kurang baik. Terdapat sebuah pusat informasi yang letaknya di sebuah museum yang terdapat didepan candi. Dikawasan tersebut terdapat sebuah mesjid adat kampong Pulo.Terdapat pula 15 buah tempat sampah dalam kondisi yang cukup. Selain itu terdapat rakit untuk menyeberang ke pulau Cangkuang dengan tarif Rp 2000/orang.

Untuk mencapai lokasi ini bisa ditempuh dengan naik kendaraan umum/ bus dari Bandung-Garut Rp ? Rp.7.000, dari garut meneju kecamatan Leles terdapat angkutan umum ( angkot ). Jalan menuju candi Cangkuang dari jalan raya berjarak 3 km dengan jalan beraspal, dapat dilalui dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun jalan kaki selama 30 menit atau naik kendaraan tradisional ( andong ) dengan biaya Rp 2000/orang.

Kegiatan wisata yang bias dilakukan di kawasan cagar budaya Candi Canngkuang yaitu, melihat pemandangan, memancing, berjalan-jalan, berziarah dan melakukan penelitian tentang kebudayaan.

Wisatawan yang biasanya datang bekunjung kekawasan tersebut kebanyakan wisatawan nusantara yangn berasal dari Garut, Bandung, Bogor dan Jakarta, namun ada juga wisatawan manca negara yang berasal dari Belanda, Jerman, Perancis dan Jepang. Rata-rata pengeluaran wisatawan yang berkunjung kekawasan tersebuut berkisar antara Rp 25.000 s/d Rp 50.000, dengan lama tinggal 3 - 6 jam. Wisatawan yang berkunjung rata-rata perbulan berkisar 3000 orang.

Flora dan fauna dominan terdapat dikawasan ini adalah teurep, beringin, randu, ayam dan kambing. Sedangkan flora dan fauna yang berbahaya adalah pohon renggas dan ular sawah.

Pola ruang daya tarik dikawasan ini letaknya terkonsentrasi pada suatu tempat, sedangkan pola pemilikan tanah dikawasan ini adalah tanah adapt dan juga tata guna tanah ialah tanah pemukiman, pertanian, perkebunan, pariwisata dan konservasi.